Морган Райс - Pekik Kemuliaan стр 16.

Шрифт
Фон

“THORGRIN!” kerumunan itu bersorak-sorai.

Thor diarak berkeliling lagi, sebagaimana segelas bir putih disorongkan ke tangannya. Ia mencondongkan badannya ke belakang dan kerumunan itu bersorak semakin riuh.

Thor diturunkan dengan kasar, dan ia terhuyung, tertawa, saat kerumunan itu mengerumuninya.

“Kita menuju ke victor’s feast,” ujar seorang prajurit yang tidak Thor kenal, seorang anggota Kesatuan perak, yang menepuk punggungnya dengan tangan tangan berotot. “Itu adalah sebuah pesta khusus ksatria. Hanya pria. Kau akan ikut dengan kita. Akan ada sebua tempat yang dipesan untukmu di meja. Dan kau dan kau,” ujarnya, menunjuk Reece, O’Connor, dan teman-teman Thor. “Kau adalah pria sekarang, dan kau akan bergabung dengan kita.”

Sebuah sorakan muncul saat mereka semua diraih oleh para anggota Kesatuan Perak dan dibawa pergi; Thor kabur di saat-saat terakhir dan berpaling pada Gwen, merasa bersalah dan tidak ingin membuatnya kecewa.

“Pergilah dengan mereka,” ujarnya, tanpa mementingkan dirinya. “Itu penting untukmu. Berpesta dengan saudara-saudaramu. Merayakan bersama mereka. Itu adalah tradisi di antara Kesatuan Perak. Kau tidak boleh melewatkannya. Nanti malam, temuilah aku di pintu belakang Balai Senjata. Lalu kita akan melewatkan waktu bersama.”

Thor membungkukkan badan dan menciumnya untuk terakhir kalinya, menahannya selama mungkin, sampai dia ditarik pergi oleh teman sesama prajuritnya.

“Aku mencintaimu,” ujar Gwen kepadanya.

“Aku mencintaimu juga,” timpalnya, bersungguh-sungguh lebih dari yang dia ketahui.

Yang bisa ia pikirkan hanyalah, ketika ia dibawa pergi, saat ia mengamati mata yang cantik itu, sangat penuh cinta untuknya, yang ia inginkan selama ini, lebih dari apa pun, untuk melamarnya, untuk membuat dia menjadi miliknya selamanya. Sekarang bukan saat yang tepat, tapi segera, ia berkata kepada dirinya sendiri.

Mungkin bukan malam ini.

BAB DUA BELAS

Gareth berdiri di dalam ruangannya, memandang ke luar jendela ke arah cahaya pagi yang merekah muncul di atas Istana Raja, mengamati sekumpulan orang berkumpul di bawah – dan merasakan mual di perutnya. Di cakrawala adalah ketakutan terburuknya, suatu gambaran yang sangat membuatnya ngeri: pasukan raja kembali, menang, berjaya dari pertempurannya dengan McCloud. Kendrick dan Thor ada di kepalanya, bebas, hidup – pahlawan. Mata-matanya telah memberinya informasi tentang semua peristiwa yang sudah terjadi, bahwa Thor bertahan hidup dari sergapan, bahwa dia hidup dan selamat. Sekarang mereka semua dengan gagah berani, kembali ke Istana Raja sebagai satu pasukan yang semakin kuat. Semua rencananya porak-poranda dan menyisakan lubang di perutnya. Ia mersakan kerajaan memgepung dirinya.

Gareth mendengar sebuah suara derak di dalam kamarnya, lalu ia berbalik dan menutup matanya segera pada pemandangan di depannya, menyerangnya dengan kengerian.

“Buka matamu, nak!” muncul suara yang menggelegar.

Gemetar, Gareth membuka matanya, dan tercengang melihat ayahnya, berdiri di sana, sebuah mayat, membusuk, sebuah mahkota berkarat di atas kepalanya, dan sebuah tongkat kerajaan di tangannya. Dia menatapnya dengan tatapan cercaan, sama seperti dia masih hidup.

“Darah dibalas dengan darah,” ayahnya berseru.

“Aku membencimu!” Gareth menjerit. “AKU BENCI KAU!” ulangnya, dan menarik belati dari sabuknya lalu menyerang ke arah ayahnya.

Saat ia mencapai tempat ayahnya berdiri, ia menebaskan belatinya – tidak mengenai apa-apa melainkan udara – dan terjerembab melintasi ruangan.

Gareth memutar tubuhnya, tapi penampakan itu telah hilang. Ia hanya sendirian di dalam ruangan itu. Ia sendirian saja sepanjang waktu. Apakah ia gila?

Gareth berlari ke sudut ruangan itu, mengobrak-abrik lemari pakaiannya dan mengeluarkan pipa opiumnya dengan tangan gemetar; ia segera menyalakannya, dan menghirupnya dalam-dalam, lagi dan lagi. Ia merasakan aliran candu itu menjalar ke seluruh tubuhnya, merasakan dirinya tersesat sejenak dalam luapan candu itu. Ia menggunakan semakin banyak opium beberapa hari terakhir ini – kelihatannya itu hanyalah satu-satunya hal yang membantunya melarikan diri dari bayangan ayahnya. Gareth merasa tersiksa berada di ruangan ini, dan ia mulai bertanya-tanya apakah hantu ayahnya telah terperangkap di dalam dinding ini dan apakah ia harus memindahkan istananya di tempat lain. Bagaimanapun juga, ia ingin meruntuhkan bangunan ini – tempat ini menyimpan semua kenangan masa kanak-kanaknya yang ia benci.

Gareth berpaling ke arah jendela, diselimuti keringat dingin, dan menyeka dahinya dengan punggung tangannya. Ia mengamati. Pasukan semakin dekat, dan Thor terlihat bahkan dari sini, massa yang bodoh mengerubunginya seperti seorang pahlawan. Itu membuat Gareth murka, membuatnya terbakar rasa dengki. Setiap rencana yang ia gerakkan telah runtuh: Kendrick bebas; Thor hidup; bahka Godfrey entah bagaimana berhasil selamat dari racun – racun yang cukup untuk membunuh seekor kuda.

Tapi sekali lagi, rencananya yang lain berhasil: Firth, setidaknya, sudah mati, dan tidak ada lagi saksi yang tersisa untuk membuktikan bahwa ia membunuh ayahnya. Gareth menarik napas dalam-dalam, lega, menyadari bahwa semua itu tidak seburuk seperti kelihatannya. Selain itu, konvoi kaum Nevarun sedang dalam perjalanan untuk membawa Gwendolyn, untuk menyeretnya pergi menuju ke sudut mengerikan dari Cincin dan menikahkannya. Ia tersenyum dengan pikiran itu, mulai merasa lebih baik. Ya, setidaknya dia akan keluar dari pikirannya secepatnya.

Gareth punya waktu. Ia akan mencari cara lain untuk mengatasi Kendrick, Thor, dan Godfrey – ia punya banyak sekali rencana untuk membunuh mereka. Dan ia punya banyak waktu dan semua kekuasaan di dunia untuk mewujudkannya. Ya, mereka telah memenangkan babak ini, tapi mereka tidak akan menang di babak selanjutnya.

Gareth mendengar geraman lain, berbalik, dan tidak melihat apa pun di dalam ruangan itu. Ia harus keluar dari sini – ia tidak bisa lagi menahannya.

Ia berbalik dan segera keluar dari ruangan itu. Pintu terbuka sebelum ia mencapainya, pelayannya dengan waspada mengantisipasi setiap gerakannya.

Gareth melemparkan jubah dan mahkota ayahnya, dan mengambil tongkat kerajaannya, saat ia berkalan menuruni lorong. Ia menuruni koridor sampai ia mencapai ruang makan pribadinya, sebuah ruangan batu rumit dengan atap-atap melengkung yang tinggi dan jendela kaca berwarna, bercahaya dalam cahaya pagi. Dua pelayannya berdiri menunggu di pintu yang terbuka, dan yang lain berdiri menunggu di belakang kepala meja. Meja itu adalah prasmanan panjang, sepanjang lima belas kaki, dengan puluhan kursi berbaris di kedua sisinya; pelayan menarik kursi Gareth untuknya saat ia mendekat, kursi oak tua yang telah diduduki ayahnya berkali-kali.

Gareth duduk dan menyadari betapa ia sangat membenci ruangan itu. Ia ingat dipaksa untuk duduk di sini sebagai seorang anak, seluruh keluarganya berderet mengelilinginya, dihardik oleh ayah dan ibunya. Sekarang ruangan itu amat sunyi. Tidak ada seorang pun kecuali dirinya – tidak saudara laki-laki maupun saudara perempuannya atau orang tuan maupun kawan. Bahkan tidak penasihatnya. Selama beberapa hari terakhir, ia berhasil mengisolasi semua orang, dan sekarang ia makan sendirian. Ia lebih memilih cara seperti itu – ada terlalu banyak kejadian saat ia melihat hantu ayahnya ada di sini bersama dirinya, dan ia merasa sangat malu karena menangis di depan orang lain.

Ваша оценка очень важна

0
Шрифт
Фон

Помогите Вашим друзьям узнать о библиотеке

Скачать книгу

Если нет возможности читать онлайн, скачайте книгу файлом для электронной книжки и читайте офлайн.

fb2.zip txt txt.zip rtf.zip a4.pdf a6.pdf mobi.prc epub ios.epub fb3

Популярные книги автора